Kaula Pemuda Kreatif |
Pandemi Covid-19 tidak hanya berdampak pada sektor ekonomi saja. Namun dampak tersebut juga dirasakan oleh warga Gorontalo, terutama bagi mereka kaum milenial yang terpaksa memilih menganggur karena kehilangan pekerjaan.
Bahkan berdasarkan data yang dirilis Balai Pusat Statistik (BPS) Gorontalo,tercatat kurang lebih ada 6 ribu orang terpaksa menjadi pengangguran akibat dampak Covid-19.
Namun hal ini tidak menjadi salah satu halangan bagi kaum muda untuk berinovasi. Meski sebagian dari mereka harus menerima resiko tersebut, tak membuat mereka mudah putus asa.
Seperti halnya pemuda di Dusun Donggala, Desa Tontayuo Kecamatan Batudaa Pantai, Kabupaten Gorontalo, lantas mereka malah membuat inovasi yang bernilai ekonomis. Pemuda ini menjadikan limbah pelepah dan daun pisang jadi miniatur dan hiasan dalam rumah.
Produk berbahan pelepah kering ini diantaranya disulap menjadi miniatur kapal pinisi, lukisan, kapal dalam botol, gantungan kunci hingga produk pembungkus makanan.
Akhirnya, kerajinan ini mendapat banyak permintaan dari masyarakat. Bahkan harganya pun bernilai fantastis, mulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah tergantung tingkat kesulitan mereka saat membuat.
"Kami harus melakukan ini karena sudah tidak ada pilihan lain, ditengah pandemi hanya bagaimana kita mampu beradaptasi," kata Yunus Bahari salah satu dari mereka kepada Liputan6.com.
Menurut Yunus, bahwa awal ide mereka menggagas usaha kreatif ini bermula saat mereka gabung dengan kelompok sadar wisata (Pokdarwis) Batudaa Pantai. Hal ini dilakukan karena tidak adanya aktivitas mereka saat pandemi, akhirnya mereka mencoba ciptakan kerajinan itu.
"Kami kemudian mengumpulkan teman-teman yang menganggur dan memiliki potensi di bidang kerajinan. Nah, terbentuklah satu kelompok yang diberi nama Kaula Pemuda Kreatif.” ujarnya.
Selain itu, kata Yunus, proses pembuatan kerajinan tersebut juga masih menggunakan alat seadanya. Namun, hasilnya memiliki kualitas yang bisa bertahan hingga bertahun-tahun.
“Bahannya daun dan pelepah pisang yang sudah kering. Paling sulit adalah membuat lukisan wajah, alat sederhana memunkinkan kami mengambar secara manual.” tutur Yunus.
Akhirnya saat ini mereka kebanjiran pemesan. Harapan mereka agar pemerintah mau memperhatikan usaha dan inovasi tersebut, sebab hanya usaha kreativitas seperti inilah yang bisa bertahan di tengah pandemi.
"Mudah-mudahan ini bisa mendapat perhatian dari pemerintah untuk kami korban pandemi," Yunus menandaskan.