-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Nasib Nenek Mince, Warga Bonebol ini Puluhan Tahun Hidup dalam Gubuk Reyot

Friday, 25 December 2020 | 01:14 WIB Last Updated 2020-12-24T18:14:41Z


Mince Djafar/timurpost.id


timurpost.id - Siang itu waktu menunjukkan pukul 12.00 Wita, langit Gorontalo terlihat cerah. Di Desa Dutohe, Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango (Bonebol), Gorontalo terlihat seorang nenek sedang menjemur kain dekat sebuah gubuk reyot.


Ya benar saja, gubuk tersebut merupakan rumah milik Mince Djafar. Gubuk yang tak lebih dari 3x6 meter itu berdinding tripleks bekas yang sudah bolong. 


Wanita yang akrab disapa Ta Mince itu merupakan wanita kelahiran Gorontalo tahun 1942. Dia tinggal sebatang kara di gubuk reyot tersebut sudah puluhan tahun. Pada usia yang hampir seabad itu, Mince mulai kesulitan mendengar, tetapi penglihatannya masih tajam.


Memang kehidupan Nenek Mince sungguh sangat memprihatinkan. Gubuk reyot yang itu menjadi tempat menghabiskan masa hidupnya. Terlebih ketika malam hari turun hujan, atap gubuk itu kehilangan fungsinya meneduhkan karena banyak yang bocor. Nenek Mince hanya bisa terjaga menatap tetesan-tetesan air yang semakin cepat seiring deru air hujan di luar gubuknya.  


Begitulah kondisi Nenek Mince. Di usia yang rentan itu ia tak bisa berbuat banyak untuk memperbaiki hidupnya. Ia hidup dari hasil pemberian tetangga dan hasil berkebun dekat gubunya.


"Saya sudah tidak kuat mencari rezeki, hanya berharap saja dari pemberian orang lain. Kebun kecil ini juga sebagai penghasilan," kata Nenek Mince.


Nenek Mince bercerita, dirinya sudah menghabiskan waktu selama 23 tahun tinggal di gubuk tua itu. Dibangun di atas tanah yang bukan miliknya, membuat wanita tua itu selalu bersyukur masih dipinjamkan tanah oleh orang dermawan.


Gubuk yang seakan mau roboh tersebut, tak membuat Nenek Mince berencana untuk pindah, meski, kata "hidup layak" jauh dari kondisinya saat ini. Jangankan untuk mendapatkan penghasilan, mendapatkan tidur nyenyak pun sulit. Selain terjaga ketika hujan, dia juga harus menahan rasa nyeri karena tidur di atas kayu beralaskan kain bekas.


"Mau pindah ke mana lagi? Tidak ada lagi tempat yang bisa menampung saya. Jadi bertahan adalah pilihan satu-satunya," ujarnya.


Meski begitu, Nenek Mince termasuk aktif berkebun. Setiap pagi dan sore, bermodalkan kemampuannya yang terbatas karena sudah renta, ia berusaha menanam tanaman hortikultura yang tak jauh dari gubuk.


"Meskipun bukan lahan saya, warga sekitar mempersilahkan saya untuk berkebun dengan kemampuan terbatas. Hasil berkebun sedikit untuk kebutuhan hidup saya," ungkapnya.


Setiap harinya banyak warga bergantian membantu Nenek Mince dengan mengantarkan makanan. Saat ini, beberapa komunitas pun sudah melihat kondisi Nenek Mince dan berkeinginan membantu merenovasi gubuk tersebut.


"Kita fokus agar dinding gubuk bisa diganti dulu, karena nyaris roboh. Sejauh ini kita salurkan bantuan berupa bahan pokok dan kasur," ujar Aldin Kuna, ketua Ketimbang Ngemis Gorontalo.


Mereka berencana meminta izin kepada pemilik lahan agar bisa membangun rumah yang layak bagi Mince. Koordinasi dengan aparat desa pun dilakukan agar komunikasi berjalan dengan baik.


"Nenek Mince merupakan bukti kerja keras dan kesetiaan, meski sudah berpisah, ia tetap setia menjaga makam sang suami dan tinggal sebatang kara," ia menandaskan. (**tp)

×
Berita Terbaru Update