-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Strategi Investasi agar Cuan dari Inflasi dan Kenaikan Harga

Monday, 25 October 2021 | 12:42 WIB Last Updated 2022-01-29T08:21:38Z

Strategi Investasi agar Cuan dari Inflasi dan Kenaikan Harga

timurpost.id - Tren melakukan investasi mulai tinggi sejak munculnya pandemi COVID-19. Tentunya, hal ini dipicu oleh pemulihan ekonomi yang sedang diperjuangkan di setiap negara. Wajar apabila beberapa negara pun mengalami inflasi.

Menurut Ketua Federal Reserve Jerome Powell, periode kenaikan harga yang ada hanyalah bersifat sementara. Namun, beberapa ahli juga ada yang mengatakan bahwa ekonomi yang sedang dihadapi sedang menuju kenaikan harga yang berkepanjangan.

Apabila prediksi tersebut terjadi, efeknya akan sangat berdampak bagi para investor. Inflasi yang terjadi dapat mengikis sedikit demi sedikit keuntungan dari investasi Anda atau bahkan jumlah tabungan yang dimiliki.

Ketakutan untuk memiliki portofolio investasi yang buruk dan ingin melakukan antisipasi menghadapi hal tersebut, para ahli merekomendasikan beberapa pilihan mendasar yang mungkin dapat dijadikan alternatif Anda. 

Beli Aset Saat Harga Naik

Melansir dari Grow, Senin (25/10/2021), ahli menyarankan untuk membeli investasi atau aset saat mengalami kenaikan harga. Risiko yang dialami tentunya lebih besar karena sifatnya yang fluktuatif. 

Namun, jika Anda adalah tipe investor muda yang bersedia untuk mengambil risiko, tidak hanya dapat melindungi diri dari inflasi, Anda dapat tetap menerima keuntungan dari kenaikan harga tersebut di perusahaan yang memang menguntungkan atau menjanjikan.

Salah satu cara yang disarankan adalah meningkatkan eksposur (exposure) Anda ke sektor industri di sebuah perusahaan yang terus mengalami kenaikan biaya pada pelanggan, khususnya pelanggan yang harus terus membeli produk atau layanan tersebut dalam kondisi apapun.

“Jika Anda ingin menambahkan ETF (exchange-traded fund), Anda pasti dapat melihat sektor seperti komoditas, energi, dan infrastruktur,” ujar ahli strategi portofolio investasi Amy Arnott. 

Investasi EFT merupakan investasi yang diperdagangkan di bursa efek. Dalam hal ini, investasi tersebut serupa dengan reksa dana, kecuali EFT yang sudah dibeli dan dijual dari investor. Akibatnya, cenderung sulit bagi investor untuk digunakan karena tidak dapat memprediksi harga.

“Orang-orang seringkali memiliki kebiasaan membeli dan menjual pada waktu yang salah. Saya akan merekomendasikan rata-rata biaya mata uang (tiap negara) dan menyimpannya dalam persentase yang lebih kecil dari portofolio Anda,” tambah Arnott.

Lindungi Diri dari Inflasi

Bagi investor yang lebih berhati-hati dan tidak ingin mengambil risiko, khususnya yang ingin pensiun, tujuan utama berinvestasi adalah ingin melindungi aset yang telah dikumpulkan dari dampak inflasi.

“Tujuannya adalah menghasilkan pendapatan tanpa mengambil risiko inflasi.” ujar kepala penelitian ETF dan reksa dana CFRA Todd Rosenbluth.

Untuk orang-orang ini, opsi yang populer belakangan ini adalah obligasi (surat utang) pemerintah dengan nilai pokoknya naik bersamaan dengan inflasi. Selama periode kenaikan harga yang melesat, hal tersebut dapat menjadi opsi yang unggul dalam berinvestasi.

Menurut CFRA, investor menargetkan daya tariknya untuk memasukan uang dan berinvestasi sebesar USD 25 miliar (Rp354,7 triliun) ke dalam investasi di bursa efek. Namun, jika Anda sudah berinvestasi sebagian besar di saham, opsi ini tidak direkomendasikan.

“Idealnya adalah mengalihkan beberapa produk dari obligasi pemerintah untuk melindungi mereka dari inflasi,” tambah Rosenbluth.

Hal penting yang harus jadi perhatian adalah beralih ke ragam investasi selama periode inflasi dan juga mempertimbangkan dana aset riil yang terdiversifikasi. Misalnya, investasi real estate, emas, komoditas, dan TIPS⎼jenis keamanan yang dikeluarkan oleh AS untuk melindungi investor dari penurunan daya beli uang.

Namun, jenis aset di atas merupakan aset yang memiliki nilai yang relatif baik, tetapi pergerakannya cukup lambat. Rosenbluth menyarankan untuk Anda jangan terlalu banyak berharap dana ini bisa naik dengan cepat di pasar saham.

“Anda tidak membelinya untuk menghasilkan untung yang cepat di pasar saham. Mereka dapat dijadikan pelindung nilai selama adanya inflasi yang tidak terduga,” tambahnya.

Abaikan Inflasi

Ketika Anda merupakan karyawan muda di perusahaan dan tidak memiliki perlindungan terhadap tabungan Anda untuk menghadapi inflasi, solusi yang dapat dilakukan adalah menyesuaikan gaji tahunan yang dimiliki.

“Semenatara saham bukan nilai lindung yang tepat karena bersifat jangka pendek. Atau mungkin tidak bergerak sejalan dengan inflasi. Dalam jangka panjang, mereka harus dapat memberikan nilai lindung yang baik dalam menghadapi inflasi,” papar Arnott.

Kepala ALokasi Aset Invesco Investment Solutions Alessio de Longis menjelaskan aset jangka pendek pada kenaikan harga mungkin tidak menjadi kekhawatiran yang besar. Inflasi yang dinilai mulai melambat diharapkan dapat turun sekitar 3-6 bulan ke depan untuk kembali normal.

Terlepas dari kekhawatiran dari ketidakpastian ekonomi yang dihadapi, Arnott menyarankan untuk mempersiapkan setiap risiko dengan menabung sampai cukup untuk menikmati masa tua atau pensiun Anda.

“Tingkat tabungan Anda juga merupakan bagian penting dari teka-teki (inflasi)—bukan hanya apa yang Anda investasikan,” tutup Arnott.

×
Berita Terbaru Update