timurpost.id - DPRD Kota Gorontalo mewanti-wanti kepada Pemerintah Kota Gorontalo (Pemkot) menhadapi resesi 2023. Pemkot Gorontalo diminta lebih siap dan memberikan solusi terbaik agar presentase kesenjangan Sosial bisa ditekan.
Ketua Komisi C, Irwan Hunawa mengatakan, ketimpangan yang terjadi nanti, jangan diperparah oleh oknum-oknum culas yang mengambil keuntungan disaat terjadinya Resesi.
“Kedepan Pemkot Gorontalo harus berani melakukan sidak terhadap para pengusaha yang coba-coba memanfaatkan kondisi kesenjangan yang kemungkinan terjadi tahun depan," kata Irwan.
"Maka perlu adanya tindakan tegas untuk mereka. Jangan yang kaya tambah kaya,” ujarnya
Bagi Irwan, Pemkot Gorontalo harus tampil sebagai solusi dalam menjawab kebutuhan masyarakat. Selain itu, intervensi Pemkot terhadap penganggaran yang lebih bermanfaat bagi masyarakat Kota Gorontalo lebih dikedepankan.
“Maka bagaimana pemerintah hadir di situ untuk menetralisir dan menyeimbangkan. Alhamdulillah kita juga mengintervensi anggaran lebih besar bagi publik, agar kesenjangan itu tidak terjadi,” ungkapnya.
Ia menambahkan, kebijakan dari pemerintah tahun 2023 memang harus benar-benar berfokus pada penekanan kemiskinan. Peningkatan pendapatan masyarakat juga merupakan prioritas pemerintah.
“Keseimbangan ini yang perlu diintervensi oleh pemerintah. Bagaimana cara pemerintah untuk dapat mengintervensi bahwa perlu ada dana stimulan untuk masyarakat. Kemudian untuk UMKM harus naik kelas, maka perlu kita dorong agar dia tetap bertahan,” katanya.
Dirinya berharap, Pemkot Gorontalo terus menggiatkan sosialisasi kepada masyarakat, aagar mempersiapkan diri saat menghadapi Resesi 2023 jika kemungkin terjadi.
“Sebaik apa pun intervensi pemerintah, tetapi masyarakat tidak mau peduli, maka sia-sia. Ayo kita bersama-sama bersinergi, baik masyarakat, legislatif, dan pemerintah Kota Gorontalo," ia menandaskan.
2023 Terancam Resesi
Pemerintah Indonesia tengah melakukan mitigasi guna mencegah ekonomi Indonesia masuk ke jurang resesi pada 2023 mendatang. Lantas bagaimana nasib ekonomi Indonesia di 2023 mendatang?
CEO Grant Thornton Indonesia, Johanna Gani mengatakan pihaknya masih melihat perkembangan yang cukup positif dalam pertumbuhan ekonomi dalam negeri.
"Kendati demikian, kita tetap harus mewaspadai dampak pandemi covid 19 dan sejumlah risiko yang dapat mempengaruhi perekonomian tanah air, seperti belum membaiknya kondisi geopolitik Rusia-Ukraina sehingga berimbas terhadap peningkatan inflasi di sejumlah negara, tak terkecuali Indonesia," jelas dia dikutip Senin (19/12/2022).
Ekonom INDEF, Ariyo DP Irhamna yang mengatakan meskipun pertumbuhan ekonomi global akan mengalami perlambatan di tahun 2023 akibat kenaikan harga energi dan komoditas pangan, namun harus disyukuri karena ekonomi Indonesia masih tumbuh positif di kisaran 5 persen. Selain itu, neraca perdagangan juga bertahan dalam posisi surplus selama 29 bulan berturut-turut.
“Hal tersebut disebabkan karena kinerja ekspor dan impor Indonesia yang tidak terhubung erat dengan ekonomi global sehingga ancaman resesi global terhadap perekonomian Indonesia tidak akan terlalu terasa namun hanya akan melambat. Ditambah dengan ekonomi mitra dagang negara utama Indonesia seperti Tiongkok dan Amerika Serikat pada 2022 Triwulan-II yang tetap mengalami pertumbuhan," jelas Ariyo.
Berjuang di tengah kondisi ekonomi yang fluktuatif dan gejolak geopolitik global, perekonomian Indonesia masih menunjukkan tren positif di berbagai indikator. Meskipun demikian, menyambut tahun 2023, Indonesia tetap harus waspada dan mengantisipasi ancaman resesi 2023.
“Agar tetap berada dalam jalur pertumbuhan positif, pemerintah sebaiknya mengoptimalkan belanja negara untuk sektor yang lebih penting seperti pendidikan, kesehatan, dan juga energi. Saya lebih optimis menyambut tahun 2023 karena kita sudah melewati masa sulit tahun-tahun sebelumnya seperti pandemi covid-19 dan juga naiknya suku bunga global beberapa kali sehingga kita bisa lebih siap untuk memasuki tahun 2023,” ungkap dia.
Beberapa poin-poin menarik mengenai tantangan ekonomi global dan domestik 2023, pertama, tantangan global seperti inflasi tinggi, pengetatan moneter (suku bunga tinggi), eskalasi perang Rusia-Ukraina, harga energi tinggi, likuiditas keuangan global yang ketat, dan capital outflow dari emerging market.
Kedua,tantangan domestik seperti pemilu, investor cenderung wait and see, inflasi tinggi membayangi, penurunan daya beli, peningkatan biaya produksi, depresiasi rupiah, inflasi pangan dan transportasi kemudian bayangan PHK yang kemungkinan akan berlanjut.
Simak juga video pilihan berikut: