timurpost.id - Danau Limboto merupakan danau terbesar di Provinsi Gorontalo. Danau ini merupakan sumber penghidupan sebagian besar masyarakat Kabupaten Gorontalo yang berprofesi sebagai nelayan.
Namun, musim kemarau dampak El Nino yang melanda Gorontalo beberapa bulan terakhir ini, membuat Danau Limboto tak bisa lagi jadi andalan. Kemarau panjang membuat air danau kering kerontang.
Surutnya Danau Limboto bisa terlihat dari bibir danau dan pulau kecil yang muncul di permukaan. Padahal sebelumnya, lokasi itu ditutupi oleh air danau.
Akibat surutnya air danau, banyak perahu nelayan yang terparkir. Meski begitu, masih ada nelayan yang mencoba cari ikan di Danau ini, meski dengan tangkapan sedikit.
Ridwan, warga sekitar, memilih melepas lelah di tambatan perahu yang ada di Danau Limboto. Ia baru saja pulang dari mencari ikan.
Sembari berjalan, dirinya terlihat membawa ikan nila kecil. Hanya lima ekor dengan ukuran yang tidak begitu memuaskan.
"Lelah juga mencari ikan musim kemarau seperti ini, karena danau saat ini mulai mengering," kata Ridwan sambil menatap Danau Limboto.
Ia menyebut, meski kemarau baru 3 bulan berlangsung, danau Limboto sudah mulai surut. Diperkirakan, turunya air ada sekitar 100 meter dari bibir danau.
"Bayangkan saya turun dari setelah subuh, dan pulang setelah pulul 12.00 siang, namun yang saya dapatkan tidak seperti biasa," tuturnya.
Menurut Ridwan, ikan yang ia dapatkan saat ini tidak bisa dijual. Sebab, ukuran dan jumlahnya yang sedikit tidak memungkinkan dijual kembali.
"Jangankan dijual, untuk makan saja tidak cukup buat sekeluarga,"ujarnya.
Sementara itu, Gantol Sukron, juga salah satu nelayan mengatakan akibat surutnya air danau, perahunya kini terparkir. Jika memaksa untuk turun mencari ikan, mereka harus menderek perahu sejauh 100 meter.
"Perahu kami tidak bisa jalan, karena dangkalnya air perahu kami kandas dan akhirnya kami derek sejauh mungkin sampai kami pastikan bahwa perahu tidak akan kandas," kata Gantol.
Habitat Ikan Mati
Ia menyatakan akibat surutnya Danau Limboto, berbagai macam jenis ikan mati. Jumlah ikan-ikan kecil bisa mencapai ribuan yang mati akibat kekeringan ini.
"Kasihan banyak ikan yang mati, benih ikan banyak yang terjebak di bibir danau yang mengering," ungkapnya.
Gantol mengaku, dengan mengeringnya danau tersebut, kini banyak dari mereka beralih profesi menjadi petani, penambang pasir, dan bahkan ada yang banting stir jadi kuli bangunan.
Sementara itu, sebagian nelayan lagi, ada yang masih bertahan dan pasrah dengan keadaan. Mereka hanya bisa berharap hujan musim kemarau berakhir dan hujan akan segera turun.
"Kami terpaksa harus berkerja di luar, minimal bisa menopang kebutuhan hidup," ia menandaskan.